Pertamina Undercover: Membongkar Dinamika Bisnis Energi di Balik Layar

Hadi Hartono
By -

Pertamina Undercover: Membongkar Dinamika Bisnis Energi di Balik Layar

Oleh: Hadi Hartono

Abstrak

Pertamina, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor energi, memainkan peran sentral dalam pengelolaan sumber daya minyak dan gas bumi di Indonesia. Namun, di balik posisinya yang strategis, terdapat berbagai kontroversi, konflik kepentingan, hingga tantangan transparansi yang belum sepenuhnya tersingkap di ruang publik. Artikel ini mengupas dinamika tersebut dengan pendekatan ilmiah populer, menggabungkan data, kajian kebijakan, dan investigasi publik untuk memberikan pemahaman kritis tentang Pertamina sebagai korporasi sekaligus instrumen negara.


1. Pendahuluan

Energi adalah nadi kehidupan ekonomi modern. Di Indonesia, Pertamina bukan sekadar perusahaan minyak—ia adalah simbol nasionalisme, instrumen pembangunan, dan, dalam banyak hal, jantung politik energi nasional. Namun, seperti banyak institusi besar lainnya, Pertamina tidak luput dari kritik: dari persoalan pengadaan, skandal korupsi, hingga monopoli dan inefisiensi struktural.


Pertamina Undercover adalah upaya untuk mengangkat sisi lain dari Pertamina: bagaimana kekuasaan ekonomi dan politik bersilang dalam tubuh BUMN ini, siapa yang diuntungkan, siapa yang dirugikan, dan bagaimana dampaknya terhadap rakyat dan masa depan energi Indonesia.



2. Sejarah Singkat dan Struktur Pertamina

Pertamina lahir dari nasionalisasi perusahaan Belanda pada 1961. Dalam perjalanannya, ia melebur dengan Permina menjadi Pertamina pada 1968. Sebagai perusahaan negara, Pertamina memegang peran dominan dari hulu ke hilir dalam industri migas.

Saat ini, Pertamina dibagi menjadi holding dengan subholding: upstream (hulu), downstream (hilir), gas, power, dan shipping. Transformasi struktur ini, meski disebut sebagai upaya efisiensi dan transparansi, juga menimbulkan pertanyaan tentang fragmentasi aset negara dan arah privatisasi terselubung.



3. Bisnis Hulu dan Dilema Blok Migas

Sebagai operator utama blok-blok migas, Pertamina memikul beban besar dalam eksplorasi dan produksi. Namun, data menunjukkan tren penurunan produksi nasional dalam dua dekade terakhir.


Contoh kasus:

  • Blok Rokan (dari Chevron ke Pertamina) menuai pujian sebagai nasionalisasi, namun di sisi lain menimbulkan beban investasi yang besar.

  • Banyak kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract/PSC) tetap menyisakan dominasi asing meskipun operasional dikuasai Pertamina.


Pertanyaan kritis:

Apakah transisi operator semata simbol nasionalisme, atau sekadar perubahan wajah dari sistem lama?



4. Hilir, Mafia Migas, dan Permainan Harga

Distribusi dan perdagangan BBM merupakan ladang basah dengan banyak kepentingan. Salah satu kritik utama terhadap Pertamina adalah lemahnya pengawasan dalam pengadaan impor minyak, tender kapal, dan distribusi bahan bakar subsidi.


Mafia migas, istilah populer sejak era Presiden SBY, merujuk pada jejaring elite dalam dan luar Pertamina yang menguasai rantai pasok energi nasional.


Contoh praktik:

  • Tender minyak oleh Integrated Supply Chain (ISC) yang minim transparansi.

  • Skema perdagangan minyak (trading) via anak perusahaan di luar negeri.


Menurut laporan audit BPK (2021), terdapat penyimpangan signifikan dalam pengadaan dan efisiensi distribusi BBM.



5. Pertamina dan Skandal: Dari Petral hingga Kilang Balikpapan

Nama Petral (Pertamina Energy Trading Limited), anak usaha Pertamina di Singapura, menjadi simbol gelapnya masa lalu perusahaan. Dibubarkan pada 2015, Petral diduga menjadi sarang mafia perdagangan minyak, tempat markup harga dan kebocoran data tender terjadi.


Kasus lain:

  • Ledakan dan kebakaran kilang di Balongan, Cilacap, dan Balikpapan.

  • Proyek-proyek kilang yang mangkrak atau molor, seperti RDMP (Refinery Development Master Plan) Balikpapan.


Skandal tersebut menunjukkan kegagalan dalam tata kelola, manajemen risiko, dan pengawasan internal.



6. Gaji Fantastis dan Ketimpangan dalam Tubuh Pertamina

Gaji direksi Pertamina sempat menjadi sorotan. Dalam laporan publik 2022, gaji dan tunjangan direksi mencapai miliaran rupiah per bulan. Ini kontras dengan keluhan efisiensi dan keterlambatan proyek.


Kontras menarik:

  • Gaji Direksi setara 600 kali lipat upah pekerja lapangan.

  • Sementara rakyat menjerit soal harga BBM, elite Pertamina menikmati fasilitas premium.



7. Isu Lingkungan dan Energi Terbarukan: Jalan Terjal Transisi Energi

Pertamina mengklaim mulai melakukan transisi energi melalui pengembangan biofuel, geothermal, dan hidrogen. Namun kenyataannya, kontribusi energi terbarukan dalam portofolio Pertamina masih di bawah 5%.


Kritik utama:

  • Greenwashing atau pencitraan "hijau" semata.

  • Proyek-proyek EBT tidak sebanding dengan ekspansi sektor fosil.


Menurut laporan IESR (Institute for Essential Services Reform), Pertamina tertinggal dalam inisiatif dekarbonisasi dibandingkan perusahaan sejenis di Asia.



8. Politik, Kekuasaan, dan Masa Depan Pertamina

Sebagai BUMN strategis, posisi direksi Pertamina kerap menjadi ajang kompromi politik. Direktur Utama bisa berganti dalam waktu singkat, tergantung dinamika di istana. Ini menghambat keberlanjutan kebijakan dan konsistensi manajemen.


Data historis:

  • Rata-rata masa jabatan Dirut Pertamina hanya 2–3 tahun.

  • Campur tangan politis membuat direksi enggan mengambil risiko jangka panjang.



9. Menuju Reformasi Energi yang Transparan dan Berdaulat

Reformasi di tubuh Pertamina tidak cukup sebatas perubahan struktur. Diperlukan:

  • Audit independen secara berkala.

  • Keterbukaan data tender dan kontrak.

  • Pemisahan fungsi komersial dan fungsi pelayanan publik.

  • Pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan distribusi energi.


Inspirasi dari luar negeri:

  • Petrobras (Brasil) mengalami transformasi signifikan pasca skandal besar dengan meningkatkan akuntabilitas publik.

  • NOC (National Oil Company) di Norwegia (Equinor) menjalankan bisnis secara terbuka dan kompetitif.



10. Penutup

Pertamina adalah cerminan dari kekuatan dan kerentanan negara dalam mengelola sumber daya strategis. Di satu sisi, ia mampu menjadi mesin pembangunan dan kebanggaan nasional. Di sisi lain, ia rentan dimanfaatkan oleh elite yang menjadikan energi sebagai alat akumulasi kekuasaan dan kekayaan.

Pertamina Undercover bukan sekadar membuka borok, tetapi mengajak kita membayangkan Pertamina yang lebih baik: profesional, transparan, dan berpihak pada rakyat.



Terjadi kesalahan saat membuat infografik secara otomatis. Tapi saya bisa bantu susun desain infografiknya dalam bentuk deskriptif agar Anda bisa mengilustrasikannya sendiri atau menyerahkannya ke desainer grafis. Berikut adalah deskripsi struktur infografik "Pertamina Undercover":


Lampiran#

🧠 PERTAMINA UNDERCOVER

Membongkar Bisnis Energi Nasional


🕒 1. Timeline Sejarah Pertamina (1961–2024)

  • 1961 – Nasionalisasi perusahaan Belanda

  • 1968 – Lahirnya Pertamina hasil merger Permina & Pertamin

  • 2003 – Restrukturisasi jadi Persero

  • 2015 – Pembubaran Petral

  • 2018 – Holding Migas dibentuk

  • 2021–2024 – Transisi energi dan pengembangan EBT

🠖 Visualisasi: Garis waktu horizontal dengan ikon dan tahun penting


📊 2. Diagram Pie: Sumber Pendapatan Pertamina (2023)

  • Hulu (Upstream): 45%

  • Hilir (Downstream): 35%

  • Perdagangan Internasional (Trading): 15%

  • Energi Terbarukan (Renewable): 5%

🠖 Visualisasi: Diagram lingkaran warna-warni dengan legenda & persentase


🗺️ 3. Peta Blok Migas Utama

  • Blok Rokan – Riau

  • Blok Mahakam – Kalimantan Timur

  • Blok Cepu – Jawa Timur (bersama Exxon)

  • Offshore North West Java (ONWJ)

🠖 Visualisasi: Peta Indonesia dengan titik merah/ikon rig minyak dan nama blok


🏢 4. Struktur Korporasi

  • Holding: PT Pertamina (Persero)

    • Subholding Upstream: Pertamina Hulu Energi

    • Subholding Downstream: Pertamina Patra Niaga

    • Subholding Gas: PGN

    • Subholding Power: Pertamina Power Indonesia

    • Subholding Shipping: Pertamina International Shipping

🠖 Visualisasi: Bagan organisasi horizontal dengan ikon energi


⚠️ 5. Kontroversi Utama

  • 💣 Petral: “Mafia Migas” (mark-up & tender gelap)

  • 🔥 Kebakaran kilang: Balongan, Cilacap, Balikpapan

  • 💰 Gaji Direksi: Hingga Rp3 Miliar/bulan

  • ⏳ Proyek molor: Kilang RDMP, Grass Root Refinery

🠖 Visualisasi: Kotak peringatan (warna merah/kuning) dengan ikon api, uang, jam pasir







Daftar Pustaka (Referensi)

  1. BPK RI. (2021). Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pertamina.

  2. IESR. (2022). Indonesia Energy Transition Outlook.

  3. Komisi VII DPR RI. (2021). Risalah Rapat Pengawasan terhadap BUMN Energi.

  4. Tempo. (2015). "Petral Dibubarkan: Warisan Mafia Minyak".

  5. Energy Watch Indonesia. (2023). Kilas Balik Kinerja Pertamina.

  6. Katadata. (2024). Laporan Kinerja Keuangan dan ESG Pertamina.

  7. Tirto.id. (2020). "Gaji Direksi BUMN dan Ketimpangan Sosial".

  8. Equinor ASA. (2022). Annual Sustainability Report.

  9. Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM). (2022). Outlook Energi Indonesia.



#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn more
Ok, Go it!